Risan Bagja

Biasa Dipanggil Yanti

Biasa Dipanggil Yanti
Biasa Dipanggil Yanti

Seperti malam-malam sebelumnya, malam itu tenang dan damai. Sepasang pengantin baru Pram dan Yanti menikmati malam itu di rumah yang baru mereka tempati. Mereka berdua tertidur pulas di atas ranjang empuk yang baru di datangkan dari meubel ternama.

Jarum jam sudah menunjukan pukul satu dini hari, suasananya begitu sunyi, hanya sesekali terdengar dengkuran Pram. Ditengah keheningan malam itu, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar yang didobrak paksa. Seorang perampok!

Perampok tersebut berbadan besar dan tegap. Wajahnya ditutupi kupluk hitam yang berlubang tepat di mata dan di mulut. Lengan tangan kanannya yang terbuka berhiaskan tato ular berwarna hijau tua yang melingkar sampai pergelangan. Sementara tangan kanannya menggenggam golok yang berkilauan.

Secepat kilat si perampok menghampiri Yanti yang tengah terbaring. Yanti yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya dipaksa berdiri. Rambutnya dijambak, lehernya terangkat diancam tajamnya golok si perampok. Pram sang suami hanya tertegun kaget di atas ranjang.

Perampok: “Sebutkan namamu! Sebelum kusayat lehermu ini!"
Yanti: “Ya… ya… yanti,” tergagap-gagap.
Perampok: “Yanti? Namamu sama seperti nama almarhum ibuku. Ahhh, aku tak bisa membunuhmu.”

Perampok pun mengurungkan niatnya untuk membunuh Yanti. Namun segera setelah melepaskan Yanti, si Perampok mengacungkan goloknya ke leher Pram yang terduduk di atas ranjang.

Perampok: “Sebutkan namamu! Aku harus mengetahui nama-nama orang yang akan kubunuh!”

Belajar dari bagaimana istrinya lolos dari maut, Pram pun menjawab terbata-bata.

Pram: “Na… nama… nama saya Pram. Ta… tapi orang-orang biasa memanggil saya Yanti…” Perampok: ??????

Foto dari Unsplash oleh Jeremy Yap.