Risan Bagja

Dahulu

Dahulu
Dahulu

Teringat dahulu saya adalah anak yang kecil
yang setia berjongkok menunggu kereta api merayap di dekat rumah.
Dahulu saya adalah anak kecil
yang melempari atap rumah yang landai dengan biji-bijian.
Dahulu saya adalah anak kecil
yang lari dari rumah menjelajahi kota tempat saya tinggal.

Dahulu saya adalah anak kecil
yang sembunyi-sembunyi membeli mainan karena takut dimarahi ibu.
Dahulu saya adalah anak kecil
yang setiap sore berlari-lari dengan mobil-mobilan di sakunya.

Teringat suatu hari yang lalu
Saya berlari dan jatuh,
mobil-mobilan disaku baju saya pun hancur.
Saya pun menangis, menangis bukan karena sakit terjatuh
Saya menangis karena mainan saya rusak.

Dahulu

Saya ingat ketika teman perempuan saya enggan disuntik,
saya pun menyodorkan diri pada dokter untuk disuntik terlebih dahulu.
Bukan untuk pamer kejantanan,
mana ada cinta saat SD kelas satu!
Ade mau jadi dokter ya?
Teringat pertanyaan sang dokter.
Saya hanya menjawab: Iya!
Tidak sepenuhnya benar.

Dahulu saya ingin menjadi astronot,
bersama Ahbib teman karib saya.
Kami membaringkan badan pada bantalan kursi putar
lalu berputar-putar di tempat.
Mensimulasikan keadaan dalam pesawat ulang-alik.

Dahulu begitu dekat rasanya.
Sepeda roda tiga yang sering saya pakai di dalam rumah.
Sepeda roda dua pertama saya,
Saya ingat ketika jatuh pertama kali.
Sakit bukan main rasanya, karena saya jatuh di atas bunga mawar berduri.
Lukanya pun masih ada, tiga goresan pada kaki kiri.

Terlalu cepat waktu berlalu.

Foto dari Unsplash oleh Jordan Whitt.