Risan Bagja

Potongan Syair Laila Majnun

Asyiknya Kuliah di Bandung
Asyiknya Kuliah di Bandung

Setiap hembusan angin membawa harummu untukku;
Setiap kicauan burung mendendangkan namamu untukku;
Setiap mimpi yang hadir membawa wajahmu untukku;

Setiap pandangan menampakkan bayanganmu padaku.
Aku milikmu, aku milikmu, jauh maupun dekat,
Dukamu adalah dukaku, seluruhnya milikku,
dimana pun kau tertambat.
(Laila Majnun:90)

Kau penyebab sekaratku berkepanjangan,
Tetapi hasratku padamu membuat kau kumaafkan.
Kaulah sang matahari sementara aku bintang malam;
Cahayamu menyurutkan kerlipku yang kelam,
nyala lilin iri pada matamu
Bunga mawar merekah pada namamu
Terpisah darimu? Tidak akan pernah!
Cinta dan kesetiaanku hanya untukmu. Aku bersumpah!
Walau tersiksa, aku akan tetap menjadi sasaran cambukmu
Ketika mati, aku adalah darah yang mengalir di nadimu.
(Laila Majnun:117-118)

“Engkau penyebab kepedihanku, meskipun begitu, cinta yang kurasakan padamu merupakan satu-satunya pelipurku, satu-satunya obat penyembuhku.” (Laila Majnun:15)

Rangkaian kata-kata indah tersebut merupakan potongan syair Laila Majnun karya Nizami. Syair-syair syarat makna di atas dituliskan kembali oleh salah satu sahabat terbaik saya ke dalam tiga carik kertas. Ia bercerita bagaimana kalimat-kalimat yang diutarakan Nizami tersebut mampu mengurai tangisnya, tangis bahagiannya.

Foto dari Unsplash oleh Gian.