Risan Bagja

Stasiun-Stasiun Tunnelbana

Tunnelbana atau kereta bawah tanah merupakan salah satu moda transportasi andalan di Kota Stockholm. Moda transportasi ini tercatat mengangkut lebih dari 350 juta penumpang pada tahun 2017—menempatkannya pada posisi ke-36 sebagai sistem kereta bawah tanah tersibuk di dunia.

Jalur perdana tunnelbana pertama kali dibuka pada tahun 1950 dan kini tidak kurang dari 100 stasiun aktif beroperasi. 47 stasiun berada di bawah tanah dan 53 lainnya berdiri di atas tanah. 90 stasiun di antaranya dihiasi dengan patung, lukisan, mosaik, mural, dan beragam instalasi seni.

Dengan panjang jalur lebih dari 100 kilometer, sistem kereta bawah tanah Stockholm dikenal sebagai galeri seni terpanjang di dunia.

T-Centralen

Stasiun T-Centralen merupakan jantung dari sistem stasiun kereta bawah tanah Kota Stockholm. Di stasiun ini semua jalur kereta bawah tanah bertemu. Selain itu di bagian atasnya terdapat Central Station—stasiun utama untuk kereta-kereta jarak jauh. Sedang di bagian paling bawahnya kini terdapat stasiun untuk kereta commuter.

Pada peron jalur biru, para pengunjung akan disambut dengan lukisan tanaman rambat raksasa dan siluet para pekerja konstruksi di dinding-dindingnya. Lukisan-lukisan yang didominasi warna biru ini merupakan buah karya dari tiga seniman: Per Olof Ultvedt, Signe Persson-Melin, dan Anders Österlin

Stasiun T-Centralen yang menjadi titik temu dari semua jalur kereta bawah tanah.
Stasiun T-Centralen yang menjadi titik temu dari semua jalur kereta bawah tanah.

Dominasi warna biru di dinding Stasiun T-Centralen.
Dominasi warna biru di dinding Stasiun T-Centralen.

Bagian bawah dari T-Centralen menjadi stasiun untuk kereta commuter.
Bagian bawah dari T-Centralen menjadi stasiun untuk kereta commuter.

Kungsträdgården

Stasiun Kungsträdgården berada di ujung jalur biru, dimana kereta rute 10 dan 11 berakhir. Instalasi seni pada stasiun ini digarap oleh seniman Ulrik Samuelson. Di dominasi oleh warna hijau, merah, dan putih, stasiun ini dihiasi dengan taman kecil, air mancur mini, patung-patung, dan mosaik warna-warni di atapnya. Tak heran bila stasiun ini menjadi salah satu objek foto yang populer di Stockholm.

Nama stasiunnya sendiri diambil dari nama taman yang berada tepat di pintu keluarnya: Taman Kungsträdgården. Taman ini merupakan salah satu taman tertua di Kota Stockholm. Area Taman Kungsträdgården ini mulanya merupakan bagian dari Istana Makalös—kediaman keluarga bangsawan De la Gardie yang tragisnya terbakar pada tahun 1825.

Stasiun Kungsträdgården yang didominasi warna hijau, merah, dah putih.
Stasiun Kungsträdgården yang didominasi warna hijau, merah, dah putih.

Stasiun Kungsträdgården yang berada di ujung jalur biru.
Stasiun Kungsträdgården yang berada di ujung jalur biru.

Mosaik warna-warni di bagian atap.
Mosaik warna-warni di bagian atap.

Rådhuset

Stasiun yang didominasi oleh warna merah-kejinggaan ini berada di Pulau Kungsholmen, tepat di bawah Rådhuset (gedung pengadilan). Sang seniman—Sigvard Olsson—menempatkan beragam benda temuan “arkeologi” di dinding dan atap peron, mulai dari sepatu bot, keranjang, tumpukan kayu, hingga fondasi cerobong.

Atmosfir Stasiun Rådhuset yang digarap oleh Sigvard Olsson.
Atmosfir Stasiun Rådhuset yang digarap oleh Sigvard Olsson.

Tangga berjalan di Stasiun Rådhuset.
Tangga berjalan di Stasiun Rådhuset.

Tensta

Area di sekitar Tensta baru dibangun pada akhir tahun 60-an untuk mengakomodir kebutuhan perumahan di Stockholm yang kian meningkat. Sedang stasiun kereta bawah tanahnya sendiri baru mulai beroperasi pada tahun 1975.

Lukisan dan patung-patung yang berada di peron Stasiun Tensta digarap oleh tiga seniman: Helga Henschen, Arne Sedell, dan Lars. Mereka bertiga menghabiskan waktu satu tahun untuk merampungkan proyek seni di stasiun ini.

Selain lukisan dan patung-patung, ketiga seniman menuliskan beragam pesan solidaritas di dinding-dinding peron. Pesan-pesan ini ditujukan untuk merayakan keragaman budaya dari warga yang tinggal di sekitar Tensta.

Lukisan hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan di Stasiun Tensta.
Lukisan hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan di Stasiun Tensta.

Lukisan gajah purba di dinding peron.
Lukisan gajah purba di dinding peron.

Poster dengan beragam bahasa.
Poster dengan beragam bahasa.

Solna Centrum

Stasiun Solna Centrum menjadi kanvas raksasa bagi kedua seniman yang menggarapnya: Karl-Olov Björk dan Anders Åberg. Mereka berdua melukiskan pemandangan hutan hijau berlatar matahari yang terbenam kemerahan.

Lewat lukisannya kedua seniman ini juga mengangkat isu penebangan hutan dan arus deras urbanisasi yang terjadi pada dekade 70-an.

Lukisan hutan dengan latar matahari yang terbenam.
Lukisan hutan dengan latar matahari yang terbenam.

Kereta melintas di Stasiun Sola Centrum.
Kereta melintas di Stasiun Sola Centrum.

Suasana pedesaan yang sepi karena derasnya urbanisasi.
Suasana pedesaan yang sepi karena derasnya urbanisasi.

Thorildsplan

Stasiun Thorildsplan sudah berdiri sejak awal tahun 50-an, pun begitu keramik bertema video game di dindingnya baru dibuat tahun 2008 silam. Dinding keramik di Stasiun Thorildsplan ini merupakan buah karya Lars Arrhenius. Lars terinspirasi dari game arcade 8-bit yang populer pada tahun 70-an dan 80-an. Di dindingnya pengunjung bisa menemukan baragam karakter atau game level dari Pac-Man, Space Invaders, hingga Super Mario Bros.

Tema video game 8-bit di Stasiun Thorildsplan.
Tema video game 8-bit di Stasiun Thorildsplan.

Jamur dari permainan Super Mario Bros.
Jamur dari permainan Super Mario Bros.

Stadion

Pada tahun 1973, Stasiun Stadion digarap oleh dua seniman: Åke Pallarp dan Enno Hallek dalam rangka memperingati Olimpiade tahun 1912 yang dihelat di Stockholm. Kala itu, Olimpiade digelar di stadiun yang berada tidak jauh dari stasiun. Ciri yang paling mencolok dari stasiun ini adalah gambar pelangi raksasa di atapnya yang melambangkan cincin-cincin pada logo Olimpiade.

Lukisan pelangi di Stasiun Stadion karya Åke Pallarp dan Enno Hallek.
Lukisan pelangi di Stasiun Stadion karya Åke Pallarp dan Enno Hallek.