Tradisi Perayaan Kelulusan SMA di Swedia
Jika kamu mengunjungi Swedia di awal Bulan Juni, jangan kaget apabila mendapati iring-iringan truk yang mengangkut anak-anak muda keliling kota. Klakson bersahutan. Musik diputar keras. Mereka bersorak dan bernyanyi di sepanjang jalan. Ini merupakan tradisi perayaan kelulusan siswa-siswi gymnasium—setara sekolah menengah atas—di Swedia.
Tradisi dan pesta seputar kelulusan ini disebut studenten yang berarti “siswa”. Dalam sistem pendidikan Swedia seorang murid baru digelari “siswa” apabila ia telah menamatkan gymnasium.
Tradisi studenten ini bermula jauh sebelum tahun 60-an dimana setiap murid sekolah menengah atas diharuskan untuk mengikuti studentexamen atau “ujian siswa”. Setelah dinyatakan lulus, siswa-siswi ini akan berpesta sebelum akhirnya harus masuk lumpen (militär grundutbildning atau pendidikan militer).
Namun pada tahun 1968, Pemerintah Swedia menghapuskan studentexamendan tradisi studenten pun perlahan terhapus. Nyaris tidak ada perayaan besar-besaran sepanjang dekade 70-an. Baru pada tahun 80-an tradisi studenten ini hidup kembali. Terlebih pada awal 90-an saat Pemerintah Swedia kembali melakukan reformasi pada sistem pendidikannya.
Tradisi studenten ini dimulai dari rumah sang murid. Di hari kelulusannya, keluarga murid biasa menyiapkan champagne breakfast—sarapan dengan ditemani sampanye atau sparkling wine.
Si murid pun berangkat ke sekolah untuk mengikuti upacara kelulusannya. Murid laki-laki menggunakan setelan jas berwarna hitam. Sedang murid perempuan umumnya mengenakan gaun berwarna putih. Mereka juga mengenakan studentmössa—topi berwarna putih dengan lingkaran pita berwarna hitam atau biru tua.
Acara pemberian diploma ini hanya boleh dihadiri oleh murid-murid saja. Keluarga dan kerabat biasanya menuggu di lapangan sekolah. Keluarga juga biasanya membawa papan yang ditempeli foto sang murid sewaktu kecil.
Tuntas upacara kelulusan, para murid yang kini telah menjadi siswa berhamburan ke lapangan menemui keluarganya. Siswa-siswi ini biasanya diberi hadiah yang dikalungkan ke lehernya: mulai dari bunga, boneka bintang, hingga kaleng-kaleng bir!
Dari sekolah mereka akan keliling kota dengan menggunakan truk bak terbuka atau bahkan traktor. Banyak anggota keluarga yang juga turut serta mengikuti iring-iringan para siswa.
Dari atas truk mereka bernyanyi, bersorak, menyapa siapa saja yang mereka temui sepanjang jalan. Banyak juga yang sengaja memasang sistem audio untuk memutar musik kencang-kencang, menjadikan truk tersebut tempat pesta berjalan.
Puas keliling kota, siswa-siswi itu pun akhirnya akan pulang ke rumah atau ke bar untuk melanjutkan pestanya bersama keluarga ataupun kawan-kawan.